Senin, 28 Mei 2012

ESQ


BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Dahulu orang lebih mengandalkan sesuatu berdasarkan pada kecerdasan intelektual (IQ). Seiring dengan perkembangan zaman kondisi tersebut berubah dengan keberadaan EQ (Emotional Quotient). Dahulu banyak yang berpendapat bahwa orang yang memiliki IQ tinggi akan memberikan pengaruh sangat besar bagi peradaban dunia  Sekarang pernyataan tersebut dibantah dengan kenyataan yang menunjukkan bahwa IQ tinggi bukanlah jaminan seseorang agar dapat sukses, melainkan harus pula dengan dukungan EQ. Riset membuktikan bahwa seorang eksekutif atau professional yang memiliki EQ tinggi adalah orang yang mampu mengatasi konflik yang sedang dihadapinya.
`           Dalam berbagai situasi, EQ mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan IQ, seperti dalam penetapan sebuah visi,c ara untuk berkomitmen dll. Pengembangan EQ dalam dunia pendidikan masih tergolong lemah,semuanya lebih dialihkan pada kemampuan atau kecerdasan intelektual (IQ) semata.Padahal IQ hanyalah suatu “kemampuan dasar” yang cenderung terbatas pada ketermpilan standar dalam melakukan suatu aktivitas. Berbeda jika EQ diterapkan dalam pendidikan formal maupun nonformal, maka adanya dorongan untuk menjadi orang yang sukses bukan sesuatu yang sulit diraih. Goleman menerangkan dalam bukunya tentang keunggulan EQ dalam mencapai prestasi.Alhasil,  dari teori tersebut banyak diciptakan orang-orang sukses,tidak hanya di negaranya,bahkan di seluruh dunia,seperti yang terjadi pada Bill Gates,orang terkaya di dunia. Berdasarkan hasil survey di Amerika Serikat pada tahun 1918 tentang IQ,ternyata ditemukan sebuah paradoks yang membahayakan.Sementara skor IQ anak-anak makin tinggi,kecerdasan emosi mereka justru menurun.Yang paling mengkhawatirkan adalah data hasil survey besar-besaran terhadap orang tua dan guru bahwa anak-anak generasi sekarang lebih sering mengalami masalah emosi bila dibandingkan dengan generasi terdahulunya.Ditemukan inti kemampuan pribadi dan social yang sama,yang terbukti kemudian menjadi inti utama keberhasilan yaitu Kecerdasan Emosi.



Kecerdasan spiritual berhubungan dengan perlindungan dan pengembangan jiwa, yang dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford didefinisikan sebagai “identitas moral dan emosional” serta intensitas dari “energi intelektual dan emosional”.
Kecerdasan spiritual (SQ), pertama kali dicetuskan oleh Danah Zohar dari Harvard University dan Ian Marshall dari Oxford University yang diperoleh berdasarkan penelitian ilmiah yang sangat komprehensif.Pada tahun 1977, seorang ahli syaraf, V.S. Ramachandran bersama dengan timnya dari California University, menemukan keberadaan God Spot dalam jaringan otak manusia dan ini adalah pusat spiritual (spiritual center) yang terletak di antara jaringan syaraf dan otak.
            Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik membuat suatu makalah mengenai ESQ.
2.      Batasan Masalah
Karena luasnya cakupan mengenai ESQ maka penulis membatasi hanya mengenai:
a.       Apa itu kecerdasan Intelektual (IQ)?
b.      Apa itu kecerdasan Emisional (EQ)?
c.       Apa itu Kecerdasan Spiritual (SQ)?
d.      Rumusan ESQ menurut “Ali Ginanjar”?

3.      Tujuan Penulisan
a.       Sebagai salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Interpersonal Skill
b.      Untuk mengetahui apa itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.
c.       Untuk mengetahui rumusan ESQ.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1   KECERDASAN DALAM PANDANGAN PSIKOLOGI
Psikologi berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Ada juga yang mengartikan bahwa psikologi adalah studi mengenai bentuk-bentuk teramat komplek tentang tingkah laku dan tentang proses-proses seperti belajar, persepsi atau emosi yang terliput dalam organisme. Dengan demikian, psikologi merupakan ilmu yang mengkaji tentang jiwa dengan segala macam gejalanya dan juga tentang proses yang terjadi seperti belajar, persepsi atau emosi dalam suatu organisme.
A.    Kecerdasan Intelektual (IQ)
Intelegensi adalah persepsi tentang yang nyata dan a fortiori, persepsi tentang yang nyata itu sendiri. Sesuai kenyataannya, ia adalah pembeda antara yang nyata dan yang tidak nyata. Intelegensi tidak hanya membangkitkan penglihatan tetapi juga kesadaran akan superioritas dalam hubungannya dengan mereka yang tidak tahu bagaimana cara melihat.
Dengan intelegensi, fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi atau untuk mencegah suatu masalah. Dengan kata lain, perkataan intelegensi adalah situasi kecerdasan berpikir, sifat-sifat perbuatan cerdas (intelegensi). Pada umumnya, intelegensi ini dapat dilihat dari kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah dengan keadaan di luar dirinya yang biasa maupun baru.
B.     Kecerdasan Emosional (EQ)
EMOSI. Akar kata emotion adalah movere, kata Latin yang berarti “bergerak”, ditambah awalan “e” memberi arti “bergerak menjauh”. Kata Emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang menyertainya, keadaan psikologis dan biologis, dan sederet impuls (dorongan) untuk beraksi.
Cooper dan Sawaf dalam Tikollah dkk (2006) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Goleman (2005) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Lebih lanjut Goleman (2005) mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.
Goleman (2005) yang mengadaptasi model Salovey-Mayer membagi kecerdasan emosional ke dalam lima unsur yang meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,
empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kelima unsur
tersebut dikelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu:
 a) Kecakapan pribadi; yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi
 b) Kecakapan sosial; yang meliputi empati dan keterampilan sosial (Goleman, 2005).
.
C.    Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2002). Kecerdasan spiritual melampaui kekinian dan pengalaman manusia, serta merupakan bagian terdalam dan terpenting dari manusia (Pasiak, 2002).
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang membuat seseorang menjadi utuh, sehingga dapat mengintegrasikan berbagai fragmen kehidupan, aktifitas dan keberadaannya. Kecerdasan spiritual memungkinkan seseorang dapat mengetahui apa sesungguhnya dirinya dan organisasinya. Kecerdasan spiritual membuat persentuhan dengan sisi dalam keberadaan seseorang dan dengan mata air potensialitasnya. Kecerdasan spiritual memungkinkan lahirnya wawasan dan pemahaman untuk beralih dari sisi dalam itu ke permukaan keberadaan seseorang, tempat seseorang bertindak, berpikir, dan merasa. Kecerdasan spiritual juga menolong seseorang untuk berkembang. Lebih dari sekedar melestarikan apa yang diketahui atau yang telah ada, kecerdasan spiritual membawa seseorang pada apa yang tidak diketahui dan pada apa yang mungkin. Kecerdasan spiritual membuat seseorang menghasratkan motivasi-motivasi yang lebih tinggi dan membuatnya bertindak dengan motivasi-motivasi ini. Dalam evolusi manusia, pencarian akan maknalah yang menggerakkan otak seseorang untuk mengembangkan bahasa. Dalam evolusi masyarakat, pencarian akan makna dan nilai-nilai mendalamlah yang menyebabkan seseorang menyeleksi para pemimpin terbaik bagi kelompoknya.
Pencarian kecerdasan spiritual akan makna, tujuan, dan nilai-nilai yang lebih agung membuat seseorang tidak puas dengan apa yang telah tersedia, dan mengilhaminya untuk mencipta lebih banyak lagi. Kecerdasan spiritual juga mendorong seseorang untuk tumbuh dan berkembang sebagai sebuah budaya. Kecerdasan spiritual menyediakan satu jenis wawasan dan pemahaman nirbatas mengenai keseluruhan sebuah situasi, sebuah masalah, atau mengenai keseluruhan eksistensi itu sendiri. Kecerdasan spiritual membuat seseorang mengetahui atau menemukan kedalaman atau arti penting dari segala sesuatu. (Zohar dan Marshall, 2002).
Menurut Zohar dan Marshall (2002), ada beberapa indikasi dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik yang mencakup:
a) Kemampuan untuk bersikap fleksibel,
b) Adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi,
c) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan,
d) Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui perasaan sakit,
e) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai,
f) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu,
g) Kecenderungan untuk berpandangan holistik,
h) Kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dan berupaya untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar,
i) Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

2.2  MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL (ESQ)
Kecerdasan emosi (EQ) ataupun Kecerdasan Spiritual (SQ), memiliki kekuatan yang lebih besar untuk mencapai kesuksesan dalam karier bila dibandingkan dengan kecerdasan intelektual (IQ).Tetapi, bagaimana caranya untuk meningkatkan ESQ yang ada di dalam diri? Daniel Goleman, seorang ahli dan peneliti tentang kecerdasan emosi, menjawab bahwa dalam meningkatkan EQ sangat berbeda dengan IQ, yang umumnya hampir tidak berubah selama kita hidup.Bila kemampuan murni kognitif relative tidak berubah,kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja.Tidak peduli orang yang tidak peka, pemalu, pemarah, kikuk atau sulit bergaul dengan orang lain, dengan motivasi dan usaha yang benar kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan emosi.
Peningkatan EQ menurut Robert K. Cooper, Ph.D. dan Ayman Sawaf,yaitu: ”Duduklah dengan tenang, pasang telinga hati Anda, keluarlah dari pikiran Anda dan masuklah ke dalam hati.- yang penting di sini menulis apa yang Anda rasakan.”
Tujuan utama dari cara tersebut yaitu agar dapat masuk ke dalam hati dan keluar melalui pikiran.Keterkaitan yang erat antara ESQ dengan suara hati dapat menumbuhkan kekuatan yang tersembunyi di dalam jiwa dan mencerdaskan emosi serta spiritual Anda.

2.3  ZERO MIND PROCESS (ZMP) ATAU PENJERNIHAN EMOSI
Ari Ginanjar menerangkan bahwa Dalam upaya untuk melakukan penjernihan emosi, Ari Ginanjar mengungkapkan dengan tujuh langkah yang dapat dilakukan untuk menuju sebuah kejernihan emosi yaitu antara lain:
a)  Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik terhadap orang.
b) Berprinsiplah selalu kepada Allah yang Maha Abadi.
c)  Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka.
d)  Dengarlah suara hati, berpeganglah prinsip karena Allah, berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.
e)  Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara hati yang bersumber dari asmaul husna.
f)  Periksa pikiran anda terlebih dahulu sebelum menilai segala sesuatu, jangan melihat sesuatu karena pikiran anda tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
g)  Ingatlah bahwa segala ilmu pengetahuan adalah bersumber dari Allah.

*      Asas  pembangunan mental.
Langkah selanjutnya untuk menjadi seorang yang paripurna atau sempurna melalui ESQ menurut Ari Ginanjar adalah dengan melakukan 6 asas pembangunan mental. 6 asas ini merupakan pemaknaan dari 6 Rukun iman yang merupakan bagian dari ajaran Islam. 6 asas pembangunan mental tersebut antara lain:
1.      Prinsip Bintang
Asas yang pertama ini merupakan penjabaran dari makna iman kepada Allah dalam rukun iman. Menurut Ari Ginanjar, prinsip seorang bintang adalah memiliki rasa aman intrinsik, kepercayaan diri yang tinggi, integritas yang kuat, bersikap bijaksana, dan memiliki motivasi yang tinggi, semua dilandasi dan dibangun karena iman kepada Allah. Penjelasan ini merupakan didasarkan kepada prinsip makna iman kepada Allah dengan dihubungkan dengan realita yang ada sehingga makna iman kepada Allah menjadi hidup dalam kehidupan manusia.
2.      Prinsip Malaikat         
Asas yang kedua ini merupakan penjabaran dari makna iman kepada malaikat dalam rukun iman. Menurut Ari Ginanjar, orang yang berprinsip seperti malaikat akan menghasil orang yang sebagai berikut yakni seseorang yang memiliki tingkat loyalitas tinggi, komitmen yang kuat, memiliki kebiasaan untuk mengawali dan memberi, suka menolong dan memiliki sikap saling percaya. Dengan demikian, Ari Ginanjar menyatakan bahwa untuk menjadi seorang seperti malaikat, maka dia harus bisa mempraktekkan kebaikan dan ciri-ciri yang malaikat punya di dalam kehidupan sehingga orang tersebut akan menjadi manusia yang paripurna.
3.      Prinsip Kepemimpinan (Iman Kepada Rasul Allah)
Asas yang ketiga ini merupakan makna penjabaran dari iman kepada rasul atau utusan Allah dalam rukun iman. Pemimpin sejati menurut Ari Ginanjar adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mempelajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Memimpin berdasarkan atas suara hati yang fitrah. Dengan meneladani sifat-sifat dari rasul, maka akan membuat kita memiliki prinsip kepemimpinan yang menentramkan masyarakat.

4.      Prinsip Pembelajaran (Iman Kepada Kitab Allah)
Asas yang keempat ini merupakan makna penjabaran dari iman kepada kitab-kitab Allah dalam rukun iman. Menurut Ari Ginanjar, hasil dari proses pembelajaran antara lain:
• Memiliki kebiasaan membaca buku dan situasi dengan cermat.
• Selalu berpikir kritis dan mendalam.
• Selalu mengevaluasi pemikirannya kembali.
• Bersikap terbuka untuk mengadakan penyempurnaan.
• Memiliki pedoman yang kuat dalam belajar yaitu berpegang hanya kepada Allah.
Hasil dari proses pembelajaran di atas merupakan sebuah pemikiran yang sesuai dengan konteks yang harus dilakukan oleh semua orang dalam mempraktekkan iman kepada kitab-kitab Allah, sehingga kitab-kitab Allah menjadi lebih membumi di dalam kehidupan manusia.

5.      Prinsip Visi ke Depan (Iman Kepada Hari Akhir)
Asas yang kelima ini merupakan makna penjabaran dari iman kepada hari akhir (kiamat) dalam rukun iman. Hasil dari prinsip masa depan menurut Ari Ginanjar yakni selalu berorientasi kepada tujuan akhir dalam setiap langkah yang dibuat, melakukan setiap langkah secara optimal dan sungguh-sungguh, memiliki kendali diri dan sosial karena telah memiliki kesadaran akan adanya hari kemudian, memiliki kepastian akan masa depan dan memiliki ketenangan batiniah yang tinggi yang tercipta oleh keyakinannya akan adanya hari pembalasan.
 kesadaran visi akan hari akhir tersebut, akan mendorong manusia terus berbuat dan berjuang dengan sebaik-baiknya di muka bumi hingga akhir hayat tanpa perlu diri merasa berhenti.


6.      Prinsip Keteraturan (Imam Kepada Qadha dan Qadar)
Asas yang keenam ini merupakan penjabaran dari iman kepada qadha dan qadar dalam rukun iman. Menurut Ari Ginanjar, hasil dari prinsip keteraturan akan memiliki kesadaran, ketenangan dan keyakinan dalam berusaha karena pengetahuan akan kepastian hukum alam dan hukum sosial, memahami akan arti penting sebuah proses yang harus dilalui, selalu berorientasi kepada pembentukan sistem dan selalu berupaya menjaga sistem yang telah dibentuk. Inilah yang akan didapat oleh orang yang menjalankan prinsip keteraturan, sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna karena sadar bahwa hidup ini sudah ada keteraturannya dari Allah.
*       Prinsip Ketangguhan Pribadi dan Sosial
Pastikan seluruh tindakan anda tetap pada garis orbit 6 Rukun Iman dan mengorbit
pada jalur 5 Rukun Islam, maka Hukum alam (Sunnatullah) akan menjaga keseimbangan garis orbit ini, dan apabila anda keluar dari garis orbit maka suara hati Ilahiah akan memberitahu anda melalui getaran emosi (radar hati)
ü  Ketangguhan Pribadi:
1.      Tetapkan misi kehidupan sebagai rahmat bagi alam semesta melalui syahadat
Menurut Ari Ginanjar, penetapan misi melalui syahadat akan menciptakan suatu dorongan kekuatan untuk mencapai keberhasilan. Hasil dari penetapan misi ini menurut Ari Ginanjar antara lain bahwa syahadat akan membangun suatu keyakinan dalam berusaha, syahadat akan menciptakan suatu daya dorong dalam upaya mencapai suatu tujuan, syahadat akan membangkitkan suatu keberanian dan optimisme sekaligus menciptakan ketenangan batiniah dalam menjalankan misi hidup.

2.      Bangun karakter agung melalui shalat
Menurut Ari Ginanjar, shalat sebagai tempat untuk menyeimbangkan dan menyelaraskan pikiran, dan pelaksanaan shalat juga suatu mekanisme yang bisa menambah energi baru yang terakumulasi sehingga menjadi suatu kumpulan dorongan dahsyat untuk segera berkarya dan mengaplikasikan pemikirannya ke dalam alam realita.
Menurut Ari Ginanjar, hasil dari pembangunan karakter: shalat adalah suatu metode relaksasi untuk menjaga kesadaran diri agar tetap memiliki cara berpikir fitrah, shalat adalah suatu langkah untuk membangun kekuatan afirmasi, shalat adalah sebuah metode yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi dan spiritual secara terus menerus, shalat adalah suatu teknik pembentukan pengalaman yang membangun suatu paradigma positif, dan shalat adalah suatu cara untuk terus mengasah dan mempertajam kecerdasan emosi dan spiritual yang diperoleh dari rukun iman.

3. Mampu mengendalikan diri untuk memastikan semua aktivitas pada garis orbit,
bentuk melalui puasa
Ari Ginanjar mengungkapkan, bahwa hasil pengendalian diri puasa adalah suatu metode pelatian untuk pengendalian diri, puasa bertujuan untuk meraih kemerdekaan sejati dan pembebasan belenggu nafsu yang tisak terkendali, puasa yang baik akan memelihara aset kita yang paling berharga yakni fitrah diri, tujuan puasa lainnya untuk mengendalikan suasana hati, juga pelatihan untuk mengendalikan suasana hati, juga pelatihan untuk menjaga prinsip-prinsip yang telah dianut berdasarkan rukun iman.

ü  Ketangguha Sosial:
1.       Realisasikan kolaborasi melalui kebiasaan memberi dan memulai, bentuk melalui
zakat.
Menurut Ari Ginanjar, zakat adalah suatu upaya untuk memanggil dan mengangkat ke permukaan suara hati untuk menjadi dermawan dan untuk memberi rezeki kepada orang lain. Selanjutnya Ari Ginanjar berpendapat bahwa pada prinsipnya, zakat bukan hanya sebatas memberi 2,5 % dari penghasilan bersih yang kita miliki. Akan tetapi, prinsip zakat dalam arti luas seperti memberi penghargaan dan perhatian kepada orang lain, menepati janji yang sudah anda berikan, bersikap toleran, mau mendengar orang lain, bersikap empati, menunjukkan integritas, menunjukkan sikap rahman dan rahim kepada orang lain.








2.       Transformasikan secara total Suara hati Ilahiah menjadi langkah nyata. Ihram,
Wukuf, Lontar Jumrah, Kurban, Thawaf, dan Sa’i.
Prinsip ini merupakan penjabaran dari rukun Islam kelima yakni haji. Menurut Ari Ginanjar, haji adalah suatu wujud kesalarasan antara idealisme dan praktek, keselarasan antara iman dan Islam. Haji adalah suatu transformasi prinsip dan langkah secara total (thawaf), konsistensi dan persistensi perjuangan (sa`i), evaluasi dari prinsip dan langkah yang telah dibuat dan visualisasi masa depan melalui prinsip berpikir dan cara melangkah yang fitrah (wukuf). Haji juga merupakan suatu pelatihan sinergi dalam skala tertinggi dan haji adalah persiapan fisik secara mental dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan (lontar jumrah).















BAB III
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
a.       IQ adalah kesanggupannya bersikap dan berbuat cepat dengan situasi yang sedang berubah dengan keadaan di luar dirinya yang biasa maupun baru.
b.      EQ adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi.
c.       SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain (Zohar dan Marshall, 2002).
d.      ESQ yakninya menggabungkan antara EQ dan SQ.
e.       Zero mind Proses
tujuh langkah yang dapat dilakukan untuk menuju sebuah kejernihan emosi yaitu antara lain:
a)  Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik terhadap orang.
b) Berprinsiplah selalu kepada Allah yang Maha Abadi.
c)  Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman yang membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka.
d)  Dengarlah suara hati, berpeganglah prinsip karena Allah, berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.
e)  Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara hati yang bersumber dari asmaul husna.
f)  Periksa pikiran anda terlebih dahulu sebelum menilai segala sesuatu, jangan melihat sesuatu karena pikiran anda tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
g)  Ingatlah bahwa segala ilmu pengetahuan adalah bersumber dari Allah.
 



2.      SARAN
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari terdapat kekurangan-kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk penulisan yang lebih baik untuk selanjutnya. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.




0 komentar:

Posting Komentar

Jam

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Games Topic

Review Games

Popular Games

Random Games

Diberdayakan oleh Blogger.

Postingan Populer

About Me

Foto Saya
Rhesy Ratna Sari
Lihat profil lengkapku